Judul:
JEJAK SAKRAL DALAM GERAK TARI PAJAGA WELADAO:
EKSPLORASI SIMBOLISME DAN WARISAN BUDAYA
Penulis:
Muhammad Asdar, M.Si. & Feby Triadi, MA.
Editor:
Damar I Manakku
Desain Sampul & Tata Letak:
Damar I Manakku
Penerbit:
Pakalawaki Penerbitan dan Percetakan
Cet. I, Oktober 2025
viii + 139 hlm ; 14,8 x 21 cm
====================================
KATA PENGANTAR
Bangsa yang lalai atas tariannya,
maka kehilangan satu cara bercerita tentang dirinya.
Buku ini
lahir dari sebuah kerinduan untuk menyelami jejak-jejak sakral yang mulai kerap
terlupakan. Di saat budaya populis yang mendominasi ruang imaji anak muda
dengan musik instan, film layar lebar dan tarian viral, kita bahkan berlari
untuk melupakan jika tanah leluhurnya menyimpan tarian yang lebih dari sekedar
hiburan. Ia adalah sejarah yang menari, doa yang bergerak dan sebuah indentitas
yang berdenyut. Termasuk juga dalam konteks tari Pajaga Welado, sebuah warisan
budaya yang memuat jejak perjuangan, kesetiaan dan kehormatan bagi masyarakat
Bone.
Buku
yang sampai di tangan Anda ini, membahas mengenai Tari Pajaga Welado, bukan
sekedar rangkaian gerak tubuh yang estetik. Ia merupakan teks hidup yang
membuat narasi panjang perjalanan sejarah, lalu hadir sebagai simbol perjuangan
Arung Palakka, yang menolak tunduk pada penindasan dan memilih untuk menempuh
jalan yang penuh pengorbanan demi martabat rakyatnya. Namun seiring dengan
tantangan zaman membayangi eksestensi budaya lokal, modernisasi dan globalisasi
dipahami sebagai jalan tunggal menuju kemajuan.
Lalu buku ini ibarat angin segar yang memaksa masuk dalam
ruang pengap, melalui celah kecil berukuran nol koma lima centi—meter. Buku ini hadir untuk mengisi ruang kosong
dengan berusaha menyajikan Tari Pajaga Welado dengan format yang komunikatif,
akademis dalam penyusunan struktur serta populis untuk gaya bahasa. Kami sangat
menyadari jika ilmu pengetahuan tidak harus hadir dalam gaya yang kaku,
sebaliknya ia harus bisa berbicara dengan hangat, inspiratif dan dekat dengan
kebutuhan pembaca muda. Oleh karena itu, buku ini ditulis bukan hanya bagi
kalangan peneliti semata, tetapi juga untuk generasi muda, pelajar, mahasiswa
bahkan siapa saja yang ingin mengenal Bone melalui tarian sakral sarat makna.
Bahkan dalam konsepsi awalnya, buku ini mencoba lebih
jauh membangun kesadaran bahwa pelestarian budaya tidak berhenti pada tahap
tulisan ataupun dokumentasi semata. Sebab konservasi tanpa relevansi sosial,
hanyalah “komestik budaya” yang hidup melalui panggung festival atau acara
seremoni belaka. Jauh dari itu, tarian ini diharapkan hadir dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat. Semangat pelestarian membiarkan nilai keberanian,
kesetiaan dan kehormatan yang terkandung dalam Pajaga Welado hidup dalam karakter
generasi muda. Ini juga yang melatari jika buku ini tidak menjadi laporan
penelitian semata, melainkan juga sebuah ajakan moral untuk bertanggung jawab
pada hal pelestarian.
Selain menyajikan sejarah dan makna simbolis, buku ini
juga membuka kepekaan tetang tantangan kontemporer yang dihadapi seperti
regenerasi, dokumentasi hingga komodifikasi dari sakral ke hiburan wisata.
Kritik seperti ini penting untuk dilihat, agar kesadaran mengenai Warisan
Budaya Tak Benda (WBTB) tidak menjadi senjata nomor satu dalam mendeskripsikan
Tari Pajaga Welado sebagai pencapaian yang final, melainkan ada segudang
permasalahan ketika Tari Pajage Welado mendapatkan sentuhan dari WBTB.
Seperti sebuah trisula, kami berharap dengan kehadiran
buku ini dapat memberi dampak nyata dalam tiga ujung. Ujung yang pertama
dimaknai sebagai dimensi akademis, yakni memperkaya khazanah peneitian mengenai
Warisan Budaya Tak Benda terkhusus pada seni tari tradisional. Ujung kedua
yakni dimensi edukatif, dengan menyediakan bacaan alternatif bagi dunia
pendidikan agar siswa dan mahasiswa dapat mengenal akar budayanya sendiri.
Ujung terakhir atau ketiga adalah dimensi kultural, berfokus untuk menghidupkan
kesadaran kolektif masyarakat Bone bahwa budaya tidak berhenti pada perkara
masa lalu, melainkan digunakan sebagai kekuatan untuk menrancang masa depan.
Akhirnya, izinkan saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi;
Feby Triadi, Erviandy, Nimra Ani Rahman, Dr. M. Awaluddin,
Muhammad Asmar Hidayat, Novi,
Muhammad Abdas, Andi Geerhan, Jumadi,
dan beberapa teman teman di Rumi, Project Budaya Bone,
semoga karya yang ada di tangan Anda bisa bernilai ibadah bagi kami. Juga
kepada pewaris Tari Pajaga Welado yang telah membuka ruang pengetahuan dan
pengalaman. Serta untuk pada akademisi, peneliti dan mahasiswa yang terus
menyalakan bara diskusi tentang warisan budaya.
Tidak lupa, apresiasi yang sebesar-besarnya saya
sampaikan kepada Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX yang
telah memberikan dukungan pendanaan Melalui skema Fasilitasi Pemajuan
Kebudayaan Tahun 2025. Bantuan ini menjadi fondasi penting bagi terlaksananya
kegiatan riset, pendokumentasian, hingga penerbitan buku ini. Dukungan tersebut bukan hanya memungkinkan
karya ini terwujud, tetapi juga menjadi bentuk nyata komitmen bersama dalam
menjaga dan memperkenalkan kekayaan budaya daerah kepada masyarakat luas. untuk
para generasi muda, Anda adalah alasan kenapa buku ini ditulis.
Semoga buku ini menjadi jembatan antara sejarah dan masa
kini, antara akar dan cabang, antara sakralitas dari leluhur dan juga
kreativitas generasi muda agar
nilai-nilai budaya tidak sekadar dikenang, tetapi terus hidup dalam tindakan
dan karya. Mari kita menjadikan
Tari Pajaga Welado bukan hanya sebagai tarian yang ditonton, tetapi juga
sebagai nilai yang dihayati. Lalu biarkan dunia bergerak cepat dengan segala
tren barunya, namun selama Tari Pajaga Welado masih ditarikan, sejarah tidak
pernah mati dan identitas kita akan selalu berdiri dihantam guncangan zaman.
Bone, 25 September 2025
TIM PENULIS
Komentar
Posting Komentar