Judul:
BUGIS ; SEBUAH IDENTITAS & WARISAN LELUHUR
Penulis:
MUKHARDIAMAN
Editor: Damar I Manakku
Desain Sampul & Tata Letak: Damar I Manakku
Penerbit: Pakalawaki Penerbitan dan Percetakan
Cet. I, November 2024
viii + 130 hlm ; 14 x 21 cm
Secara sosial-kultural, masyarakat Bugis sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat.
Sejak munculnya sebagai salah satu titik peradaban, masyarakat
Bugis telah memiliki beragam “pengetahuan dan keterampilan lokal” (Local
Genius) yang senantiasa diwariskan dari generasi ke generasi. Local Genius
itulah yang melembaga menjadi “kearifan lokal” (Local Wisdom) sebagai sebuah
identitas.
Antologi
cerita pendek (cerpen) ini adalah rangkaian penggalan kisah yang diangkat dari
kehidupan nyata masyarakat Bugis, baik dalam konteks tradisi pertanian maupun
dalam konteks adat pernikahan. Meskipun tokoh dan latarnya adalah fiktif, tetapi
penulis berusaha meramunya, dengan sedikit dibumbui riak romansa, sehingga
menjadi sebuah alur cerita yang cukup menarik untuk disimak.
Bab
Pertama dalam cerpen ini terdiri atas enam bagian yang mengisahkan proses tradisi
sosiokultural masyarakat agraris Bugis,
dimana pertanian adalah bagian dari nadi kehidupan. Adapun proses
tersebut berawal dari tradisi Mattanre
esso, Mappalili, Maddoja Bine, Massureq, Mappadendang, hingga permainan rakyat yang menyertainya seperti Mattojang. Semua itu bukan sekadar laku
biasa, tetapi ada ungkapan rasa syukur, harapan yang baik dan doa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Bab
Kedua dalam cerpen ini juga terdiri atas enam bagian yang menceritakan tentang prosesi
pernikahan pada masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan yang masih memiliki komitmen tradisional kuat
dan menunjukkan eksistensinya.
Selain berpegang
teguh pada ajaran agama juga berpegang teguh pada pengetahuan local yang dianut serta diyakini kebenarannya
secara turun-temurun. Olehnya itu, terdapat banyak laku yang
menjadi ritus dalam rangkaian prosesi pernikahan, yang sejatinya memiliki makna, mulai tahap peminangan, tahap persiapan acara, hingga tahap akad nikah.
Adapun
pemilihan tema kearifan lokal sebagai isu sentral dalam karya ini bertujuan
untuk mengangkat identitas Bugis dalam ragam budaya Nusantara. Penulis
senantiasa mempunyai keyakinan bahwa kearifan lokal adalah warisan leluhur yang
sarat akan makna positif, dimaknai dan relevan jika diimplementasikan dalam
konteks kehidupan masa kini.
Di
bagian akhir pengantar ini, izinkan penulis untuk mengucap rasa syukur yang
mendalam kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan nikmat
yang telah diberikan. Begitupun dengan Rasul-Nya, Nabi MUHAMMAD SAW yang
senantiasa memberikan contoh terbaik dan inspirasi kepada umat manusia. Akhirnya,
penulis mengucapkan terimkasih kepada seluruh pihak yang telah mensupport dan
turut berkontribusi dalam mewujudkan karya ini. Demikian pula halnya dengan ucapan
permohonan maaf untuk segala kekurangan yang ada, Insya Allah akan senantiasa
menjadi perbaikan pada karya-karya berikutnya.
Selamat
membaca untuk seluruh pembaca yang budiman. Salam literasi, semoga senantiasa
membumi!
Soppeng, 30 Oktober 2024
Komentar
Posting Komentar